Lelaki yang telah memecahkan batu karang bernama kemiskinan dan keterbelakangan, menyingkirkan dan memapas akar-akar berduri penghalang cita-citanya untuk meraih pendidikan yang tinggi. Lahir di Tinggas tahun 1965, sebuah wilayah di Provinsi Sulawesi Barat. Tak jelas tanggal dan bulan lahirnya, barangkali karena di antara keluarga beliau tidak pernah memikirkan bahwa mereka perlu menuliskan tanggal penting itu di dokumen-dokumen resmi ijazah. Memiliki ijazah hanya mimpi-mimpi indah belaka!
Tapi Beliau telah menghancurkan utopia itu dengan membuatnya nyata. Jenjang demi jenjang pendidikan dicapainya. Pendidikan tertingginya bahkan diraih di benua Eropa, di Universitas de la Mediterranee, Marseille, Perancis. Tahun 2009, beliau meraih jabatan tertinggi dunia akademik: sebagai Guru Besar bidang fisika material, orang ketiga bergelar Guru Besar di prodiku, seingatku.
Prof. Muris adalah tipikal orang yang mudah menempatkan diri dengan siapa pun. Beliau tak sungkan diajak duduk lesehan di pelataran kampus oleh mahasiswanya, berhimpit-himpitan dan tidur di atas kasur matras yang keras di kelas ekonomi kapal laut. Meski bergelar guru besar, beliau tak peduli tidur di atas meja keras, bersama-sama di kampus saat larut malam bekerja lembur. Beliau selalu riang dan bersahabat. Selalu memudahkan urusan mahasiswanya. Jika bertemu dengannya, silakan mengajaknya berbincang atau berkonsultasi, beliau tak pernah menolak. Paling suka menyanyi.
Tak pernah tampak lelah menyebarkan ilmunya, semampu-mampunya. Jika Anda melihat tulisannya di papan tulis atau di secarik kertas, Anda akan terpaku melihat jejak goresan yang indah dan berkelas. Sungguh tulisan tangan yang artistik dari jemari orang fisika!
Dini hari tadi, 12 September 2017…
Kami terpaku sulit memercayai berita bahwa Beliau, MahaGuru kami itu, pada usianya yang 52 tahun telah dipanggil kembali ke hadirat Allah subhana wa ta’ala.
Tapi tak ada yang dapat menampik maut.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un…
Allah telah mencukupkan pengabdian Beliau, setelah sore hari sebelumnya, Beliau masih menyampaikan ilmunya kepada mahasiswa-mahasiswanya di kampus, masih menebarkan senyumnya, masih memukau mahasiswanya dengan tulisan indahnya di papan tulis.
Hari ini, 12 September 2017 pukul 08.00 wita,
jenazah beliau akan dibawa ke kampung halamannya, di Tanah Mandar, Sulawesi Barat. Saya hanya dapat mengiringkan jazad Beliau dengan do’a-do’a semoga Allah menerima segala amal ibadah Beliau, menjadikan pengetahuan yang telah kami peroleh darinya sebagai amal jari’ah buatnya, diampunkan segala dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya, dibukakan pintu surga untuknya dan dijadikan sebagai ahli surga kelak, Amin ya robbal alamiin….
Di kutip dari Status Facebook.
Penulis
Momang Yusuf (Akun Facebook)
Dosen Fisika UNM.